Iwan Fals Kata Penggemar di Dunia Maya

Iwan Fals Kata Penggemar di Dunia Maya

Nama penyanyi Iwan Fals di internet sudah tidak asing lagi. Jumlah penggemar di dunia maya ini cukup banyak mulai dari yang biasa sampai yang fanatik. Kondisi ini seperti cerminan yang ada di dunia nyata. Beberapa yang aktif di internet tidak malu-malu menunjukkan jati dirinya sebagai penggemar Iwan Fals. Begitu juga kawan-kawan yang tergabung di multiply, sebuah situs jaringan sosial dengan beragam fitur termasuk blog. Mereka menghiasi tempatnya dengan atribut sang idola dan juga beberapa kali menulis artikel dan berbagi koleksi tentang idolanya.

Kami dari iwanfalsmania.blogspot.com beberapa waktu yang lalu meminta opini dari mereka tentang Iwan Fals. Dan berikut yang bisa kami tampilkan disini.

Abdul Rahman T., karyawan swasta, Bekasi.
Dulu, ada lagu yang tak kusuka dari bang Iwan yaitu "Tolong dengar Tuhan", bagiku apa yang diberikan Allah pastilah terbaik, hanya manusia tak bisa memahami hikmahnya. Setelah dewasa aku memahami bahwa saat itu memang begitu adanya jiwa bang Iwan, tak ubahnya sekarang bang Iwan menyesal kenapa harus memberi sebuah lagunya dengan judul "Lonteku". Keadaan, waktu dan umur bang Iwan membuat aku memakluminya.

Abdul (dOeL), 30 th, Jakarta
Ketemu Iwan waktu konser di Hardrock cafe Jakarta 1998 (sehari sebelum kerusuhan Mei 2008), meski dari 1990-1993 batal melulu nonton konsernya (padahal males :P). Ketemu beneran dan poto bareng tahun 2003 pas lagi promosi album In Colaboration di iradio Jakarta. Bawa semua "perabotan perang" termasuk ada beberapa album yang gak ada dirumah Fals tapi beliau masih ingat (seperti Opera Jesus).
Yang gak disukai dari Fals adalah kumis sama gondrongnya ilang gitu aja, gak sangar lagi :D

Dewa, Bali
Salah satu yang tidak kusukai adalah ketika Iwan Fals mulai dikelola oleh sebuah manajemen (IFM). Rasanya setelah itu aku kehilangan sosok Iwan Fals yang dulu kukenal. Apalagi ketika Iwan Fals terlibat sebagai icon produk sepeda motor, setelah itu sempat aku memutuskan untuk tidak mendengarkan lagu-lagunya sebagai wujud protes. Intinya, mungkin memang ada jurang antara aku sebagai penggemar dengan Iwan Fals sekarang ini, tapi semua itu tak bakalan menghentikan niatanku untuk mengumpulkan kembali album-album yang telah hilang. Dan Iwan Fals tetap akan menginspirasi tiap langkahku.

Fendi Kurniawan 28 th, karyawan swasta, Bekasi
Pengalaman paling berkesan adalah ketika bisa berduet satu panggung dengan Iwan Fals dan ditonton ratusan orang membawakan lagu Buku Ini Aku Pinjam pada acara Reuni Oi tahun 2005 di Leuwinanggung. Namun yang aku kurang suka dari Iwan Fals adalah ketika hilang sisi idealismenya. Iwan Fals mulai ditata sedemikian rupa untuk menyerah pada pasar, menyesuaikan diri dengan pasar industri musik yang akhirnya bermuara pada lagu - lagu sendu yang kebablasan.

Heri Sukani, 25 th, mahasiswa, Padang
Aku berharap album lama yang sulit didapat seperti Amburadul rekaman di radio EH8 ITB atau album Perjalanan dirilis ulang dalam bentuk CD atau kaset. Dan sering seringlah ke daerah untuk turun konser.

Mukhlis
, 27 th, Wiraswasta, Pekanbaru
Yang paling berkesan adalah pertama kali nonton penampilan Iwan Fals pada konser A Mild Soundrenaline di Pekanbaru. Walau cuma 4 lagu, namun itu baru pertama kali aku melihat sang idola dengan mata kepala saya sendiri yang selama ini ku mimpi-mimpikan, yang memang aku sering terbawa mimpi bertemu Iwan Fals.

Unggul, 40 th, tinggal di Cikarang - Jawa Barat
Lagu-lagu mas Iwan ini menjadi inspirasi banyak orang, termasuk saya. Saya pernah membayangkan menjadi anak yang terpaksa mencuri kambing tetangga untuk memberi makan anak istri. Sayang, ketika seorang Iwan Fals dikelola oleh istrinya sendiri, ia telah berubah menjadi mesin uang yang sempurna bagi dirinya sendiri dan keluarganya. Iwan semakin tak terjangkau oleh penggemarnya. Dulu mereka memanggil Iwan sebagai "mas", "abang", atau "kakak", kini ia disebut "boss", satu sebutan yang menunjukkan satu perubahan yang sangat mendasar, dari rasa kedekatan secara personal batin menjadi personal materi. Ini menyedihkan hati saya.

Ricky Fauzi, karyawan swasta, Jakarta
Kesan pertama yang tak bisa dilupakan yaitu waktu silaturahmi di kediaman beliau. Bang Iwan bertanya dari mana neh, saya dari Ps.Minggu bang, wah kemaren saya lewat Ps.Minggu lagi musim duku tuh, mau duku bang?, kalo ada kata bang Iwan, ya udah besok saya bawain yah. Besoknya saya janjin bawain duku ke bang Iwan, wah bener-bener lu, gw becanda juga. Hari itu sampe ngobrol 4 jam sama bang Iwan.
Hal yang aku tidak sukai sekarang-sekarang ini bang Iwan terlalu over dikelola manajemen. Mau ketemu aja susah sekarang, ga kaya thn kemaren. Aku pengen seh tiap-tiap konser recordnya dijual di Leuwinanggung kaya dulu githu.

Satriyo Andoyo, pengusaha, Sumatera - Jawa domisili Palembang
Tidak ada fenomena hebat lagi dalam setiap karyanya setelah orde reformasi ini. Dulu kita bisa lihat bagaimana hebatnya gaung lagu Umar Bakrie, Bento, Etiophia, Pesawat Tempur, dsb. Sedangkan karyanya sekarang cuma dalam hitungan hari perlahan akan tenggelam cepat dan tidak pernah lagi kita dengar lewat radio-radio, TV, dsb, kecuali kita muter sendiri berulang ulang didalam rumah/mobil, iPod, dsb.

SB, wiraswasta, Surabaya
Bagiku sebagian besar lagu-lagu Iwan Fals cukup enak didengarkan bagi telinga masyarakat biasa dan mampu memberi semangat hidup lewat lirik-liriknya. Meski ada beberapa yang aku tidak suka liriknya seperti lagu 'Tolong Dengar Tuhan' dimana Iwan memanggil Tuhan dengan 'Hei'. Sekarang lirik-lirik lagu Iwan Fals terasa lebih tenang dan bersahaja, sejalan dengan penampilannya yang berubah. Dan ternyata dari perubahan itu, nama Iwan Fals perlahan tenggelam dan hanya sesekali tampil kepermukaan hanya karena penggemarnya rindu, bukan karena ‘pemberontakan’ dalam lagunya. Nama Iwan tentu saja masih menjadi ikon perlawanan bagi kita yang sempat merasakan kondisi masa lalu. Namun bagi generasi sekarang yang hanya ‘terima beres’, nama Iwan mungkin cukup sebagai nama seorang penyanyi terkenal yang tak ada bedanya dengan penyanyi-penyanyi lagu cinta lainnya. Mungkin mereka tidak begitu mengenal Iwan sebagai salah satu orang yang berpengaruh dalam perubahan bangsa ini.

Belatung

Belatung
(Iwan Fals)


Lirik lagu Iwan Fals yang belum pernah diedarkan. Iwan Fals saat membaca lirik ini sempat bingung, dia tidak ingat kalau pernah menulis lirik lagu ini dan dia juga tidak memiliki rekamannya. Lantas kolektor menyerahkan rekaman lagu ini dan Iwan Fals baru yakin kalau dia dulu pernah menyanyikannya.

Belatung-belatung cepat datang cepat pergi
Pikiranku mengembara lagi
Disamping kolam ikan
Diatas lantai beton
Saat hujan rintik-rintik
Tetanggaku menjemur pakaian

Seekor kadal buntung mati
Mayatnya hijau kehitam-hitaman
Seekor lalat hijau kepalanya merah
Menjilat-jilat bangkainya
Seekor lalat hitam bersayap coklat
Kadang ikut menjilat-jilat juga

Seekor belatung ditinggal pergi
Teman-temannya pergi
Bau busuk menganggu hidupku
Suaranya lalat hijau yang lain terus berbunyi

Sebentar hinggap dibangkai
Sebentar hinggap ditelingaku
Suasana sepi membantu
Bau bangkai terbawa angin
Matahari bersinar terang
Hujan rintik-rintik membasahi bebatuan

Aku mulai menjauh …

Makasih Fendi


Jambore Wisata

Jambore Wisata
(Iwan Fals)


Dibawakan pada Jambore Wisata tahun 1996 di Pantai Malingping Banten.

Kumpul kumpul disini nyanyikan lagu alam
Dipinggiran kali dekat muara samudera
Suara dari jalanan

Tak saling bicara itu biasa
Di jambore wisata seni budaya

Ada teater ada musik, seni rupa dan penyair
Jauh polusi banyak bercanda
Dipayungi semesta raya

Pikiran bagus, hati pun tulus
Tukar cerita, dimana saja
Impian nyata, nyatanya mimpi
Walaupun begitu, mari kumpul disini

Orang emosi sudah banyak
Ujung ujungnya perang lagi
Ada diantara orang banyak
Sumat sumut nyempal nyempil

Pemain dan penonton
Sama sama main, sama sama nonton
Semesta raya , Anak manusia
Diantara bahagia dan derita
Dilarang curiga

Makasih Fendi
foto : koleksi tempophoto.com


Penjara

Penjara
(Iwan Fals)


Lagu ini mungkin dibuat sekitar medio 1993 - 1996.
Sepertinya Iwang Noorsaid dan Heirrie Buchaery main di lagu ini.


Dunia diluar kotak luas sekali
Didalam ada dinding yang membatasi
Suka tak suka diluar luas sekali
Suka suka pergi kemana kita suka

Suka tak suka kotak adalah kotak
Ada dinding yang membatasi
Suka tak suka batas adalah batas
Jarak antara kau dan aku

Didepan atau dibelakang jeruji sama saja
Diatas atau dibawah tanah sama saja
Aku disana kamu disini apa bedanya
Penjara hanya nama

Diluar kotak luas sekali
Diluar luas sekali
Dunia dalam kotak luas sekali
Didalam luas sekali

Diluar ular melingkar – lingkar
Didalam kotak penuh tanya
Semua sama saja
Penjara pikir, penjara hati, penjara badan
Penjara hanya nama .. luas sekali .. luas sekali

Makasih Fendi


Artikel Iwan Fals di Matra 1992

Dokumentasi artikel Iwan Fals yang di scan dari majalah Matra edisi khusus IV/Desember 1992 (16 tahun yang lalu !). Sebuah wawancara yang dilakukan setelah album Hijau dirilis.

Klik gambar untuk memperbesar.









majalah koleksi dari dOel


Pukul Dua Malam

Pukul Dua Malam
(Iwan Fals)


Sebuah lagu Iwan Fals yang tidak/belum dikomersilkan. Untuk urusan beli rokok bisa jadi inspirasi buat Iwan Fals bikin lagu. Lirik yang sederhana, polos dan mudah dicerna. Dan yang terjadi di lirik ini memang kerap kita alami dalam kehidupan sehari-hari.


Pukul dua malam kehabisan rokok
Pergi kedapur minum segelas air
Perempuan besar tidur didepan TV
Perempuan kecil menginap di rumah paman

Lewat pintu depan membuka pintu gerbang
Sepuluh langkah gerimis datang
Kembali ke rumah mengambil payung
Warnanya merah dan kuning dengan merk Golden Truly Departemen Store

Jalanan sepi rumah-rumah sepi mobil-mobil sepi
Anjing herder tua mengigil kedinginan
Melihat curiga padaku namun tidak menggonggong
Hansip atau Satpam menyapa sambil main catur

Pukul dua malam kehabisan rokok
Separuh kakiku basah karena hujan
Tukang rokok kelas memakai nadas
Tidur diluar diselimuti karung beratap plastik
Istrinya begadang menunggui suaminya

Sepuluh ribuan keluar dari kantong
Sebungkus rokok buatan luar negeri ganti ke kantong
Aku pulang kembali menyapa yang ronda dan anjing herder tua
Pintu gerbang, dapur dan perempuan besar sudah masuk ke dalam kamar

Payung merah putih membuatku basah
Aku lempar begitu saja ketempat yang kering
Kupergi ke kamar mandi tuk bersihkan diri
Kuhisap sebatang rokok luar negeri yang baru ku beli

Makasih Fendi


Sepak Bola

Sepakbola adalah judul lagu Iwan Fals yang tidak/belum dikomersilkan. Berkisah tentang olahraga sepak bola yang dinyanyikan dengan gaya vokalnya di tahun 80-an.

Lagu ini pernah dibawakan saat pertemuan musisi di Blok M, juga sempat dinyanyikan saat konser bulanan ‘Nak’ 7 Juni 2008 di Leuwinanggung, dan saat tampil di PRJ 19 Juni 2008.
--------------------
UPDATE: pada tahun 2010, lagu ini direkam ulang dan masuk kedalam album Keseimbangan.

Sepak Bola
Iwan Fals


Main bola adalah permainan tim
Bukan main sendiri atau asik sendiri
Memang dibutuhkan pemain yang cerdas
Cerdas membaca permainan kawan maupun lawan

Diluar keberuntungan dan kejutan
Kerja sama yang kompak menjadi mutlak
Nafsu mencetak gol biasanya merusak
Main saja yang wajar jangan lupa oper-operan

Soal postur bukan jaminan
Buktinya Maradona bintang lapangan
Keberanian bergerak gesit bertindak
Membuka peluang sabar menjaga lawan

Didalam sepak bola emosi pribadi harus ditekan
Taat pada pelatih tak terpengaruh penonton
Walaupun sakit harus patuh pada wasit
Wasit sakit sepak bola menjerit

Didalam pertandingan pemain yang menentukan
Setelah habis-habisan waktu latihan
Soal menang kalah memang menegangkan
Tapi ketenangan bermain jangan disepelekan

Depan, tengah, belakang dan penjaga gawang
Main tak beres dibangku cadangkan
(Main tak beres jadi cadangan)
Mandi keringat sabunnya uang
Kalau mampu mengalahkan lawan

Dari kaki ke kaki bola bergulir
Ditingkahi sempritan dan teriakan penonton
Papan sponsor dipinggir lapangan
Dimana tempat para wartawan parkir

Sepak bola olahraga dunia
Tempat belajar berjiwa besar
Nama bangsa jadi terbawa
Kalau juara dikompetisi akbar

Main bola adalah siasat
Boleh curang asal wasit tak lihat
Kalau kamu takut kualat
Main bola bukan olahraga yang tepat

Sama-sama menyerang sama-sama bertahan
Bola satu jadi rebutan
Pemain gila penonton gila
Gila bola dua kali empat lima

Kerja sama yang mutlak adalah mutlak
(Kerjasama adalah mutlak)
Jangan main kalau tidak punya otak
Emosi harus di tekan
Kalah menang pemain yang menentukan

Seorang wasit tak boleh curang
Mau curang jadi saja pemain
Jadi pelatih jangan pilih kasih
Apalagi penuh dengan perasaan pamrih
(Apalagi dengan penuh pamrih)

Sama-sama menyerang sama-sama bertahan
Bola satu jadi rebutan
(Bola satu dikejar-kejar)
Pemain gila penonton gila
(Gila bola merajalela)
(Pengamat gila, sponsor gila)
Gila bola dua kali empat lima

Terima kasih buat Ricky
Pada kalimat tercetak miring didalam tanda kurung ( ) adalah kalimat tambahan/pengganti pada versi terbaru. Update pada 040209 dari feri_ifm


Selamat Idul Adha 1429 H

Allahu akbar…
Allahu akbar…
Allahu akbar...


Kami mengucapkan :

Selamat Idul Adha 1429 H



Lagu Luka Dalam Piringan Hitam Iwan Fals

Banyak dari penggemar Iwan Fals yang pernah dengar atau minimal mengetahui lagu “Luka” yang sebagian menyebutnya dengan judul “Luka Lama”. Sebuah lagu balada dengan gaya vokal khas Iwan Fals di tahun 80-an. Dinyanyikan dengan iringan musik yang telah tertata rapi dan direkam dengan baik. Namun lagu ini tidak pernah dijumpai dalam album Iwan Fals yang manapun.


Sebenarnya lagu Luka ini masuk dalam daftar Piringan Hitam [PH] album dengan titel “Kumenanti Seorang Kekasih” pada side 2. Namun album versi PH ini tidak diperjual belikan atau dikomersilkan seperti kaset, dan hanya dicetak untuk keperluan promosi di radio. Album ini kemudian edar dipasaran dalam versi kaset yang juga dikenal dengan nama album “Barang Antik” terbitan tahun 1984. Dalam versi PH jumlah lagu memang lebih sedikit dari versi kaset yang berjumlah 10 lagu.

Track list Album “Kumenanti Seorang Kekasih” versi PH

Side 1
1. Kumenanti Seorang Kekasih [Yoes Yono]
2. Barang Antik [Diat]
3. Sunatan Massal [Chilung]
4. Jalan Panjang Yang Berliku [Tommy & Marie]

Side 2
1. Asmara & Pancaroba [Jaya Susanto]
2. Jangan Bicara [Iwan Fals]
3. Neraka Yang Asyik [Willy.S/Tommy]
4. Luka [Iwan Fals]

Entah kenapa dalam album yang juga kita kenal dengan titel Barang Antik, lagu “Luka” tidak dimasukan juga? Padahal dari liriknya juga tidak terlalu keras dan lagunya sendiri cukup enak didengarkan.

Memang ada beberapa judul album di PH dan kaset yang berbeda, dan jumlah lagu pun tidak sama dengan di kaset. Biasanya versi PH jumlah lagu sedikit karena kapasitas PH yang terbatas.

dOel for iwanfalsmania.blogspot.com

Luka
Iwan Fals (1984)


Luka lama kambuh kembali
Semakin jelas semakin parah
Menjalar di setiap hari.

Janji janji hilangkah kini
Hanya usap hanya sentuh telinga
Lalu pergi

Bahkan malam yang biasa singgah
Enggan menyapa pada sang bulan
Mimpi mimpi tak cantik lagi
Sejengkal melangkah bertambah nyeri
Luka

Kau paksa kami untuk menahan luka ini
Sedangkan kau sendiri telah lupa
Akan gaduhnya jerit
Akan busuknya derita
Akan hitamnya tangis
Akan kentalnya nanah

Dikaki kami yang labil melangkah


15 Juta

15 Juta
( Iwan Fals )

Puisi dari Iwan Fals yang tidak dikomersilkan, dibacakan setelah menyanyikan lagu berjudul Lagu Pegangan. Puisi ini dibacakan di UGM, Mei 1998

15 juta orang menganggur
Puluhan juta lagi orang terancam kelaparan
Hutang menumpuk belum bisa dibayar
Orang sudah mulai memakan makanan binatang
Kelakuan orang sudah mirip binatang

Tak ada lagi jaminan keamanan
Copet berkeliaran digedung pengadilan
Dijalanan terjadi kekacauan
Dirumah-rumah orang ketakutan
Sikat lawan, sikat kawan urusan belakangan di belantar

Seniman, wartawan dan dermawan
Suka tak suka menjadi orang tahanan
Terpenjara oleh kenyataan... sialan...

15 juta orang menganggur
Puluhan juta orang lagi terancam kelaparan
Hutang menumpuk belum bisa dibayar
Orang sudah mulai memakan makanan binatang
Kelakuan orang sudah mirip dengan binatang

Tak ada lagi jaminan keamanan
Copet berkeliaran digedung pengadilan
Dijalanan terjadi kekacauan
Urusan belakangan...

makasih buat Ricky


Pemandangan

Pemandangan
Iwan Fals (1996)

Lagu Iwan Fals yang tidak pernah dikomersilkan. Dibawakan pada Jambore Wisata Tahun 1996 di Pantai Malingping Banten.

Melihat ke depan melihat ke belakang
Melihat ke kiri melihat ke kanan
Melihat ke atas melihat ke bawah
Kapan aku melihat diriku ?

Didepan harapan dibelakang masa lalu
Di kiri jurang di kanan pun jurang
Di atas langit di bawah tanah
Kapan aku melihat diriku ?

Pemandangan membuat aku cemburu
Pemandangan membuat aku terharu
Pemandangan membuat aku malu
Pemandangan membuat aku semakin tak tahu

Tak melihat aku buta
Tak melihat aku tak mau
Aku ingin melihat yang tak terlihat
Ach … Sok Tahu !!!

makasih Fendi


Serdadu Dan Kutil

Serdadu Dan Kutil
(Iwan Fals)


Ini adalah lirik lagu Iwan Fals yang belum pernah dikomersilkan. Pernah dibawakan di panggung UGM, Mei 1998.

Sibuk bikin kabinet
Rakyat lagi kegencet
Ekonomi kepepet
Terpaksa jadi jambret

Maklum susah, Bung !
Daripada ngelamun
Maklum pusing, Bung !
Sidang di dapur umum

Wakil rakyat bahenol
Perutnya ngejendol
Pintar-pintar bikin dogol
Lagi hobi ngebanyol

Si bos Marsinem
Ngentitnya pilih kasih
Ngerokok dulu ah
Baru ngebanyol lagi

Bikin feeling kabinet
Komisi jangan ngaret
Isinya kecil-kecil

Hampir sebesar kutil
Kutil, kutil, kutil
Hidup kutil !

makasih buat Ricky


Artikel Iwan Fals di Hai 1989

Dokumentasi artikel Iwan Fals yang di scan dari majalah Hai bulan Juni tahun 1989. Sebuah artikel tentang pembatalan tour konser Iwan Fals ke 100 kota.

Klik gambar untuk memperbesar.





terima kasih buat kawan kita dOel


Kata Kata

Kata Kata
(Iwan Fals)

Lagu Iwan Fals yang ini belum pernah dikomersilkan.

Kata-kata indah banyak bertebaran
Hampir setiap hari kita baca dalam koran
Hanya kata-kata bukan kenyataan
Tinggal kata kita memaki persetan !

Perlahan namun pasti tak peduli lagi
Menguak menghilang rasa hormat pada kata-kata
Apakah ini pertanda bencana ?
Kata indah berbisa berbusa-busa

Aku hanya diam tak bisa bicara
Aku hanya diam menyaksikan kejadian yang tak masuk di akal

Lalu mencoba berkaca
Pada kata kusandarkan kata-kata
Karena kita memang tak mungkin tak berkata-kata

makasih Fendi


Semut Api Dan Cacing Kecil

Semut Api Dan Cacing Kecil
(Iwan Fals)

Sering Iwan Fals menggunakan fabel dalam lagu-lagunya untuk menggambarkan kehidupan yang sedang terjadi di sekitarnya. Sebuah lirik lagu yang belum pernah dikomersilkan.

Diantara rerumputan dan bebatuan
Setelah pagi menjelang siang
Balada semut api dan cacing kecil
Berguling seperti seperti hati dan pikiranku
Saling menerkam saling berusaha untuk berarti

Semut api dan cacing kecil
Yang satu bergerombol yang satu sendiri
Semut api itu terus mengigiti cacing kecil menggelepar – gelepar
Pergulatan hidup di badan rumput dan batu

Kehidupan diatasnya berjalan biasa saja
Orang – orang terus bekerja aku merangkai lagu
Matahari membakar kulitku
Angin dingin membelai - belai
Semut api dan cacing kecil
Ada di hati dan pikiranku

Kursi panjang , teko dan gelas berisi teh pahit
Temani para buruh bekerja
Seekor kadal melintas
Sekejap berhenti melihat ke arahku

Apa yang ingin disampaikan
Apa yang ingin dikabarkan
Aku menunggu, aku menunggu bisu
Menunggui bisu .. bisu ..

makasih Fendi


Artikel Iwan Fals di Karina 1992

Dokumentasi artikel tentang Iwan Fals yang di scan dari majalah Karina tahun 1992. Saat itu usia Iwan Fals masih 31 tahun. Artikel ini sebelum album Hijau keluar.

Klik gambar untuk memperbesar.







catatan : ada foto Krisdayanti jaman dulu.

Terima kasih untuk dOel


Demokrasi Otoriter

Demokrasi Otoriter
Iwan Fals (1996)


Salah satu lagu "misteri" Iwan Fals yang dibawakan pada acara Jambore Wisata Tahun 1996 di Pantai Malingping Banten. Perhatikan lirik yang dibawakan, keras, kritis yang sangat tajam buat penguasa dan badut-badut politik masa itu. Andai lagu ini dibawakan oleh Iwan Fals sekarang, tentu masih relevan bukan?

Orang-orang kecil kok malah peduli
Merogoh kantong untuk harapan kosong
Otak demokrasi memberikan janji
Berdiri sedih berdarah perih

Orang-orang besar kok malah bertengkar
Melongok hati untuk bersembunyi
Otak otoriter sudah mulai teler
Jangan ragu-ragu walau kita malayu

Demokrasi otoriter
Mari sini jangan ngeper
Demokrasi dan militer
Lihatlah masih banyak yang keleler

Demokrasi otoriter
Mari sini jangan jiper
Demokrasi dan militer
Lihatlah masih banyak yang keteter

Orang-orang dogol kok masih bercokol
Ongkang-ongkang kaki di televisi
Otak foya-foya ngomong Pancasila
Melintas bebas sehabis melibas

Demokrasi Pancasila
Bebas tapi tidak bebas
Demokrasi dan tentara
Yang mendengar jadi ingin tertawa

Demokrasi Pancasila
Bukan milik kaum jelata
Demokrasi dan para badut
Yang mendengar jadi ingin KENTUT

makasih Fendi

Lagu Pegangan

Lagu Pegangan
(Iwan Fals)

Lirik lagu Iwan Fals ini belum pernah dikomersilkan, dinyanyikan di UGM, Mei 1998.

Kita masih dilanda krisis
Bahkan lebih dari krisis
Krisis yang menjadi kritis
Kritis yang melahirkan orang bengis
Ooh... oohh...

Memang sulit dari situasi ini
Tapi bukan berarti tak ada jalan
Jalan keluar pasti ada
Itu sebabnya aku nyanyikan lagu ini
Ooh... oohhh...

Dengarlah kawan kalau kau mau sampai ditujuan
Dengarlah kawan kalau kau mau sampai ditujuan
Potong saja tangan para koruptor
Hukum mati para pembunuh
Jangan beri hati para pemerkosa
Rajam saja ditengah kota

Politisi harus berani miskin
Yang kaya biar rakyat biasa
Agar kemakmuran menjadi nyata
Penguasa jangan jadi pengusaha

Pencuri, pemabuk dan pelacur itu warisan leluhur
Tak kan membuat bangsa menjadi hancur

Kalau lagu ini jadi pegangan
Kau pasti sampai ditujuan
Tak usah kamu bimbang
Menyanyi saja dengan lantang

Lagu ini lagu pegangan
Ciptaan bangsa yang sedang guncang
Hukum haruslah ditegakkan
Peduli setan dan jin yang menghadang
Peduli setan dan jin yang menghadang

** setelah menyanyikan lagu ini, Iwan Fals membacakan puisi berjudul 15 Juta (tidak diketahui judul asli puisi ini)

makasih Ricky


Air Dan Batu

Air dan Batu
(Iwan Fals)

Ternyata banyak lirik lagu Iwan Fals yang tidak diedarkan. Biasanya Iwan Fals menyanyi spontan dalam sebuah acara, dan penggemarnya lalu merekam lagu-lagu unik semacam ini.

Orang - orang mulai sadar diri
Terbangun dari tidur yang panjang
Hari terbuang tidak berarti
Hanya untuk membelai bayangannya sendiri

Orang - orang mulai sadar diri
Bergegas meninggalkan ranjang
Entah pergi kemana
Suaranya bergemuruh seperti longsor

Doa – doa berhamburan
Nyanyi – nyanyi berterbangan
Jati diri dicari – cari
Untuk ada dan termakna

Air dan batu tidak sama
Air dan batu bisa bersama
Air punya mata, batu punya kepalan
Semuanya menyebar sendirian

Orang – orang harus sadar diri
Kalau bukan sekarang kapan lagi

makasih Fendi


Cerita Lama Tiananmen

Cerita Lama Tiananmen
(Iwan Fals)

Lagu ini pernah dibawakan di UGM, Mei 1998. Pada masa itu di Indonesia sedang terjadi pergolakan menuntut reformasi politik, yang akhirnya perjuangan mahasiswa berhasil menggulingkan rezim Soeharto yang berkuasa selama puluhan tahun.

Keganasan kekuasaan tentara Cina
Telah menjadi sejarah yang tak mungkin terlupa
Mahasiswa dan rakyat damainya menghadang tank
Menjadi tumbal kesombongan
Para jenderal di panggung nada

Lidahnya api menyambar
Membakar yang punya hati
Rakyat sendiri dihancurkan
Demi gengsi ideologi
Pembantaian di Tiananmen adalah sebuah bukti
Dari sekian banyak kekerasan
Yang terjadi di muka bumi ini

Sampai kapan, sampai kapan ?
Moncong senjata mengancam dari segala arah
Gaung demokrasi tetap tabah bernyanyi

Suaranya getarkan hati nyanyian manusia
Yang dengar ikut bernyanyi
Walau diancam senjata

Makasih buat Ricky


Aku Tak Punya Apa Apa

Aku Tak Punya Apa Apa
(Iwan Fals)

Lagu ini dilihat dari liriknya mungkin dibuat sekitar tahun 1997 atau 1998, tepatnya setelah Galang Rambu Anarki meninggal (Galang adalah putra pertama Iwan Fals, lahir 1 Januari 1982 dan meninggal 25 April 1997).
Kita semua tahu, Galang adalah kebanggaan dan harapan buat Iwan Fals. Perasaan yang mendalam karena kehilangan menyebabkan Iwan Fals menyendiri, merasa gagal sebagai orang tua. Namun pada akhirnya Iwan Fals bisa bangkit dan terus berkarya seperti sekarang.


Setelah sekian lama menunggu
Akhirnya datang juga giliranku
Setelah semuanya habis terkuras
Setelah tak ada lagi harapan

Pada saat semangatku bergolak
Pada saat nafsuku mendidih
Aku jatuh impianku hancur berkeping – keping
Sampai aku tak berani lagi berharap

Aku jalani saja hidup ini tanpa suka tanpa duka
Dari waktu dari waktu aku tak mau tahu
Kini kau datang menggodaku untuk bercerita
Lalu kuceritakan saja semua yang kutahu

Aku tak punya apa – apa
Bukan aku mengeluh apalagi mengiba
Memang aku punya apa – apa
Kuceritakan itupun karena kau minta

Kadang aku merasa masihkah aku menjadi manusia
Kadang aku berpikir benarkah aku tersingkir
Sedangkan pintu – pintu sudah terbuka
Cerita pun belum berakhir

Aku tak ingin apa – apa
Bukan aku berontak apalagi menghina
Memang aku tak ingin apa – apa
Kuceritakan itu pun karena kau minta

Aku tak bisa apa – apa
Bukan aku merendah apalagi jumawa
Memang aku tak bisa apa – apa
Kuceritakan itu pun karena kau minta

makasih Fendi


Peterpan Feat. Iwan Fals

Dalam konser tunggal terakhir grup band Peterpan sebelum mereka berganti nama (19/10/2008), terjadi kejutan istimewa. Iwan Fals tampil sebagai bintang tamu. Bersama Peterpan, Iwan Fals menyanyikan lagu milik Peterpan bertitel Yang Terdalam. Penampilan Iwan Fals dalam konser tunggal Peterpan di pantai karnaval Ancol Jakarta bertajuk 'Sebuah Nama Sebuah Cerita' cukup mengagetkan. Sebab tidak ada informasi santer bahwa Iwan Fals akan menjadi bintang tamu dalam acara yang disiarkan live di TV. Selain Iwan Fals, beberapa musisi lainnya juga tampil sebagai bintang tamu.




Suara Dari Jalanan

Suara Dari Jalanan
Iwan Fals (1996)

Lagu ini dibawakan Iwan Fals pada Jambore Wisata di Malingping Banten tahun 1996, Iwan Fals waktu itu didampingi Iwang Noersaid, Jaloe, Karta, Anto Baret, Oyan. Mereka tampil live. Semua yang dinyanyikan Iwan Fals saat itu adalah lagu - lagu baru semua.

Jangan pernah kau berpikir yang bukan-bukan
Apalagi menuduhku sampah jalanan
Memang benar yang kupakai dekil dan kumal
Bukan berarti aku seorang kriminal

Oh malangnya kamu
Yang menilaiku seperti itu
Oh sok taunya kamu
Pergi saja sana ke ahli jiwa

Matamu sinis memandang sepatu bututku
Bibir mencibir nyindir sambil menghindar
Jangan kau sangka hatiku akan terluka
Hinaanmu membuatku semakin kasihan

Oh usilnya kamu
Yang memandangku seperti itu
Oh kemarilah kamu
Kan kukatakan aku cinta padamu

Duduk yang manis dengarkanlah laguku
Atau ikut menyanyi ikut menyanyi sambil menari
Daripada kau menangis karena frustasi
Lebih baik kau terima niat baikku

Oh suara jalanan meruntuhkan tembok feodal
Oh suara jalanan hanya mengabdi pada hati dan Tuhan

Desir angin dan deru ombak di lautan
Seperti itulah kakiku melangkah
Kisah nelayan dan batu batu karang
Sabar dan setianya jadi pedoman

Oh jangan kata hinaan
Siksa badan Insya Allah tahan
Oh suara dari jalanan
Suara murni untukmu kawan

makasih Fendi


Biarkan Indonesia Tanpa Koran

Biarkan Indonesia Tanpa Koran
(Iwan Fals)

Entah lagu ini dibuat tahun berapa. Yang pasti dilihat dari liriknya, bisa jadi lagu ini dibuat tahun 1986/1987-an, lagu yang bercerita tentang ingkarnya pemerintah kepada janjinya, lalu ketika sebuah koran sore membeberkan itu, eh .. malah di bredel (sifatnya rezim ORBA). Tapi kok kondisinya hampir mirip sama pemerintah sekarang, suka ingkar janji !!!

Penguasa sekarang mudah marah
Berkata selaksa manusia yang resah
Kedengar dari balik rumpun bambu
Sedikitpun mereka tak mau diganggu

Pada malam September delapan enam
Berita Radius Prawiro bikin geram
Empat puluh lima persen yang hilang
Rupiah yang kita cinta berjalan pincang

Oh .. oh..

Pernah kau berjanji bak seorang nabi
Bahwa devaluasi tak mungkin terjadi
Bersuara emas kau di mimbar akbar
Tapi ternyata kau seorang pembohong besar

Oh .. oh ..

Ya … Kalo gaji kita berjuta sebulan tak jadi soal
Apalagi yang milyar banyaknya, rupiah ditukar dollar
Ya iya … Kita kaum jelata, buruh tani, guru dan kuli
Padamu untuk yang kali ini, lukai nurani kami

Tinta merah bekas seorang menteri
Beri gelar penguasa sewenang – wenang
Aku baca dari sebuah koran sore
Yang kini sudah tak boleh lagi beredar

Oh .. oh ..

Duka cita untukmu sahabat
Dari kami disini
Yakinlah engkau tak sendiri
Masih ada kami yang bernyanyi
Sayangnya kami masih sekolah
Baru bisa gelisah
Tentu kalo sudah selesai
Pasti lebih lantang suara ini

44 SK akan dicabut
Hal itu akan kau beberkan kami setuju
Sebagai wartawan kau sudah benar
Sebagai penguasa mungkin juga benar

Tajam pena katanya bikin resah
Soal itu masyarakat biasa saja
Koran sore dihantam pemerintah
Justru itu hal yang membuat kami resah

Oh .. oh..

Senada rasa setia kawan dari teman seprofesi
Mari kita mogok menulis “BIARKAN INDONESIA TANPA KORAN”

makasih Fendi


Cuplikan Film Kantata Takwa

Film yang harus menunggu selama kurang lebih 18 tahun untuk bisa kita saksikan. Film yang dibuat pada jaman rezim Soeharto, berisi rekaman konser Kantata Takwa dipadu dengan cerita yang diperankan oleh personil band yang melegenda tersebut. Diakhir cerita seluruh personil Kantata Takwa tewas dibunuh. Master film ini sempat teronggok tidak terurus, sempat rusak karena kebanjiran, dan akhirnya diperbaiki dengan format digital. Sayang Kantata Takwa The Movie sampai saat post ini diterbitkan hanya dapat disaksikan di bioskop tertentu. Semoga nantinya kita semua bisa menyaksikan film ini.



Setelah 18 tahun menunggu, film Kantata Takwa akhirnya dirilis. Film semi dokumenter garapan sutradara Erros Djarot dan Gotot Prakosa ini merupakan rekaman konser Kantata Takwa di Stadion Senayan Jakarta pada 1991.

Unsur dramatisasi juga mewarnai film yang meraih Golden Hanoman Award pada Jogja-Netpac Asian Film Festival bulan lalu ini. "Kita tak mau hanya merekam konser. Kita buat perwujudan dari karya seni [Kantata Takwa]," jelas Erros Djarot yang hadir di Studio Liputan 6 Pagi SCTV.



sumber : youtube


Iklan Iwan Fals Dan TVS Motor

Iklan dari TVS motor yang menggunakan Iwan Fals sebagai icon nya. Bukan ikutan promosi, namun sekedar informasi bagi kawan dibelahan bumi lain yang belum pernah lihat. Iklan sederhana yang cukup keren. (sb)
Berikut videonya:





Selamat Hari Raya Idul Fitri 1429 H

iwanfalsmania.blogspot.com mengucapkan :

Selamat Hari Raya
Idul Fitri 1429 H


Taqobalallahu Minna Waminkum
Taqobal Yaa Karim

Minal Aidin Wal Faidzin
Mohon Maaf Lahir dan Batin




Tokoh Tokoh Dalam Lagu Iwan Fals (Bagian 3 - Habis)

Lanjutan dari bagian 2

Dalam lagu lagu komersial Iwan Fals, dia banyak menyelipkan nama-nama tokoh. Ada yang nyata dan ada juga yang fiktif. Beberapa nama fiktif tersebut sampai sekarang masih terasa nyata dan ada sehingga banyak yang mengira tokoh imajinasi seorang Iwan Fals tersebut memang ada dan hidup disekitar kita. (sb)

Tokoh Tokoh Dalam Lagu Iwan Fals (Bagian 3 - Habis)

29. Durno dan Bimo
Kedua tokoh ini terdapat dalam lagu Nak yang ada di album 1910 (1988). Tokoh tokoh ini ada dalam dunia perwayangan. Durno / Druna adalah guru yang pandai mengembangkan seni pertempuran. Dalam perwayangan Jawa, Drona berwatak tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar biasa serta sangat mahir dalam berperang.
Sedangkan Bimo memiliki sifat gagah berani, teguh, kuat, tabah, patuh dan jujur, serta menganggap semua orang sama derajatnya.
Dalam lagu ini Iwan Fals seperti mengolok-olok secara kritis pada generasi muda agar menjadi orang yang berguna.

30. Westerling
Nama tokoh ini ada di lagu Pesawat Tempur dalam album 1910 (1988). Raymond Pierre Paul Westerling (Istanbul, Turki, 31 Agustus 1919–Purmerend, Belanda, 26 November 1987) adalah komandan pasukan Belanda yang terkenal karena memimpin Pembantaian Westerling (1946-1947) di Sulawesi Selatan dan percobaan kudeta APRA (Angkatan Perang Ratu Adil) di Bandung, Jawa Barat.
Dalam lagu ini nama Westerling hanya numpang lewat ketika Iwan Fals mencibir pasangannya yang hanya tersenyum dan dikatakan kalau hanya senyum, Westerling juga bisa.

31. Bento
Tokoh rekaan ini tentu sudah tidak asing ditelinga kita. Nama Bento ada pada lagu dengan judul yang sama dari album Swami (1989). Bento disini dikisahkan sebagai seorang yang tampan, berkuasa dan kaya raya.
Namun Bento ternyata licik, dia memanfaatkan kekuasaannya untuk menumpuk kekayaan, menipu dan menerima upeti. Dalam kesehariannya Bento menutupi keburukannya dengan selalu bicara soal moral dan keadilan.
Hingga saat ini kita masih sering menyaksikan Bento-Bento kesiangan yang berkoar di seluruh media.

32. Ronggowarsito
Nama ini terdapat dalam lagu Condet dari album Swami (1989). Raden Ngabehi Ronggowarsito (lahir: Surakarta, 1802 – wafat: Surakarta, 1873) adalah pujangga besar budaya Jawa yang hidup di Kasunanan Surakarta. Ia dianggap sebagai pujangga terakhir tanah Jawa.
Dalam lagu ini Iwan Fals menceritakan ketimpangan dalam hidup dahulu dan sekarang. Dahulu segalanya indah dan damai, sekarang seperti semuanya kacau dan tidak tertata. Kemajuan teknologi yang tidak terkendali memberi dampak negatif untuk kehidupan seperti penipisan lapisan ozon.
Nama Ronggowarsito diibaratkan sebagai kondisi masa lalu. Kemudian dibandingkan dengan sekarang dimana orang lebih mengagumi jeritan dan gemuruh dari grup band Rolling Stones.

33. Paman Doblang
Nama rekaan ini menjadi judul lagu yang ada dalam album Kantata Takwa (1990). Paman Doblang dikisahkan sebagai seorang yang tidak mendapatkan keadilan. Dia menerima fitnah lalu dituduh salah dan dipenjara begitu saja tanpa pengadilan oleh penguasa. Lalu paman Doblang hanya bisa pasrah dan berdoa.

34. Cikal
Cikal adalah nama putri kedua Iwan Fals (Anissa Cikal Rambu Basae). Nama ini menjadi judul lagu yang terdapat dalam album Cikal (1991). Lagu ini memuat lirik yang sangat sulit dimengerti. Tidak banyak yang bisa diceritakan dari lirik dalam lagu ini yang tidak satupun menyebut kata Cikal. Pemahaman tentang lirik lagu ini tentu berbeda.
Pesan moral yang terdapat dalam lirik lagu ini begitu indah untuk diresapi bagi kita manusia yang mau berpikir pada kenyataan bahwa kita lahir dengan kesucian. Pengaruh lingkungan akan membawa kita kepada jalan apa saja yang dipilih. Mendidik seorang anak sangat penting, agar kelak dia dapat membuat kita bangga.
Sepenggal penjelasan itu bisa menggambarkan kejeniusan Iwan Fals dalam menulis lirik lagu.

35. Yani
Dalam lagu Untuk Yani di album Cikal (1991), nama ini hanya terdapat dalam judulnya saja. Tidak banyak yang mengenal tokoh ini. Sebuah informasi mengatakan bahwa Yani bernama Arahmaiani, seorang aktifis peduli lingkungan hidup. Dia juga seorang senirupa instalasi art ITB.

36. Bram
Dalam lagu Untuk Bram di album Cikal (1991), seperti lagu Untuk Yani, nama Bram hanya menjadi judul. Iwan Fals dalam sebuah konsernya sebelum menyanyikan lagu ini menyinggung kalau nama Bram adalah panggilan akrab Mahesa Ibrahim, musisi yang ikut terlibat dalam album ini.

37. Ramang, Kadir, Rully, Ricky, Ronny, Herry, Nobon, Juki, Cipto, Iswadi, Yudo dan Paslah
Nama-nama diatas adalah legenda sepakbola Indonesia yang dikutip dalam lagu Mereka Ada Di Jalan dari album Belum Ada Judul (1992). Iwan Fals berkisah tentang olahraga sepakbola yang semakin tersisihkan di kota-kota besar. Sarana untuk bermain bola tergusur oleh pembangunan. Tanah lapang menjadi rebutan untuk didirikan gedung. Sehingga anak-anak kecil di perkotaan kesulitan mendapatkan sarana untuk berolahraga. Sebuah lagu yang tajam mengkritisi tentang ketidakseimbangan pembangunan yang melupakan sarana bermain hanya demi keuntungan belaka. Kesenjangan hidup di kota besar juga digambarkan dengan kalimat, "Anak kota tak mampu beli sepatu".
Iwan Fals bercerita tentang anak-anak kecil yang bermain bola di lapangan yang terbentuk bekas penggusuran. Anak-anak kecil itu begitu bersemangat bermain bola hingga Iwan Fals mengandaikan mereka seperti tokoh legenda sepakbola Indonesia masa lalu yang mampu mengharumkan nama bangsa.

Ramang (karir 1952-1962) (meninggal di Makassar, 26 September 1987) adalah pemain sepak bola Indonesia dari PSM Makassar yang terkenal pada tahun 1950-an. Ia berposisi sebagai penyerang. Dia pernah mengantarkan PSM ke tangga juara pada era Perserikatan serta pernah memperkuat tim nasional sepak bola Indonesia. Era emas pertama diukir oleh Ramang Cs dengan prestasi yang masih dikenang yaitu menahan imbang raksasa Uni Soviet 0-0 di Olimpiade Melbourne 1956.

Abdul Kadir (karir 1968-1975) (lahir: Denpasar, Bali 27 Desember 1949 - meninggal: Jakarta, 4 April 2003) adalah pemain sepak bola legendaris Indonesia. Dia populer dengan julukan si Kancil. Dia pernah mengikuti berbagai pertandingan internasional seperti Merdeka Games tahun 1969, King Cup tahun 1968 dan Piala Aga Khan di Pakistan.

Rully Rudolf Nere (karir 1977-1989) (Papua, 13 Mei 1957) adalah salah satu pemain sepak bola legendaris Indonesia dengan posisi gelandang. Ia pernah memperkuat timnas nasional beberapa kali pada periode tahun 1980-an. Dalam kompetisi liga, ia memperkuat Persipura Jayapura.

Ricky Yacob (karir 1982-1993) (lahir: Medan, Sumatera Utara, 12 Maret 1963) adalah seorang pemain sepakbola legendaris Indonesia dengan posisi penyerang. Masa keemasannya terjadi pada paruh kedua dekade 1980-an. Karir sepakbolanya banyak dihabiskan bersama klub Arseto Solo.

Ronny Pattinasarani (alm) (karir 1970-1982) (Makassar, Sulawesi Selatan, 9 Februari 1949) adalah salah satu pemain sepak bola legendaris Indonesia yang berposisi sebagai libero. Dia mendapat banyak berprestasi dimasa keemasannya yaitu, Pemain Asia All Star (1982), Olahragawan Terbaik Nasional (1976 dan 1981), Pemain Terbaik Galatama (1979 dan 1980), Medali Perak SEA Games (1979 dan 1981).

Herry Kiswanto (karir 1985-1993) (Kuta Alam, Banda Aceh, 25 April 1955) adalah salah satu pemain sepak bola legendaris Indonesia. Posisinya di lapangan sebagai libero. Dalam karirnya ia hanya pernah mendapat sekali kartu kuning yaitu ketika membela Krama Yudha Tiga Berlian melawan Pelita Jaya di era Galatama.

Nobon Kayamudin (karir 1971-1979) adalah salah satu pemain sepak bola legendaris Indonesia. Dia berposisi sebagai gelandang. Dia juga mendapat julukan Biang Kerok.

Marzuki Nya Mad adalah pemain sepakbola legendaris Indonesia. Dia pernah bermain bagus pada Asian Games 1986. Marzuki Nyak Mad cs (Niac Mitra) juga pernah menahan PSV dengan Eric Gerets dan Ruud Gullit-nya 3-3 di Senayan dalam sebuah pertandingan persahabatan di era 80-an.

Sutjipto Soentoro (alm) adalah pemain sepak bola legendaris Indonesia pada masa 60-an sampai 70-an. Dia menempati posisi sebagai penyerang. Dia juga mendapat julukan si Gareng. Bersama dengan Iswadi Idris, Abdul Kadir, dan Jacob Sihasale, dikenal dengan sebutan "kuartet tercepat di Asia" berkat kecepatan dan kelincahan mereka yang luar biasa.

Iswadi Idris (karir 1968-1980) (Banda Aceh, 18 Maret 1948 – meninggal: Jakarta, 11 Juli 2008) adalah salah satu pemain sepak bola legendaris Indonesia. Pemain yang dijuluki "Boncel" karena tubuhnya relatif pendek (tinggi 165 cm) ini termasuk pemain paling berbakat yang dimiliki Indonesia. Ia memperkuat timnas PSSI sebagai pemain gelandang pada era 1960-an dan 1970-an. Selama menjadi pemain, Bang Is, demikian ia akrab disapa, sangat menggemari nomor punggung 13.

Yudo Hadianto (karir 1961-1974) (Solo, Jawa Tengah, 19 September 1941) adalah salah satu kiper sepak bola legendaris Indonesia era 1960-an dan 1970-an. Pada masanya ia sempat diakui sebagi kiper terbaik Asia.

Ronny Pasla (Medan, 15 April 1947) adalah mantan kiper Indonesia yang berkiprah sekitar tahun 1960’an – awal 1970. Pensiun dari dunia sepak bola di usia 40 tahun. Klub terakhir yang diperkuatnya adalah Indonesia Muda (IM), Jakarta pada 1985. Di Timnas, Ronny pensiun di usia 38 tahun. Saat Timnas Brazil melakoni tur ke Asia pada 1972, Brazil saat itu diperkuat pesepakbola legendaris dunia, Pele, singgah ke Indonesia. Dalam laga tersebut Indonesia kalah 1-2, tapi tetap menjadi momen terindah bagi Ronny, karena berhasil menahan eksekusi penalti Pele.

38. Dalbo
Nama Dalbo menjadi judul lagu dalam album Dalbo (1993). Dalbo sendiri berarti anak genderuwo. Dikisahkan dalam lagu ini Dalbo adalah seorang yang tidak mengenal siapa kedua orang tuanya. Dia hidup sebatang kara tanpa ada yang peduli. Namun dia tidak mau dikatakan sebagai anak haram. Dia lebih suka disebut anak alam.

39. Yos
Nama Yos disebutkan dalam lagu Menunggu Ditimbang Malah Muntah dari album Orang Gila (1994). Yos adalah nama panggilan untuk istri Iwan Fals yang bernama Rossana. Dalam lagu ini Iwan Fals berkisah tentang kesehariannya di rumah.
Dalam kehidupan nyatanya dia gelisah membaca berita surat kabar yang penuh dengan kabar tidak menggembirakan tentang situasi negara ini. Ditengah sendirinya membaca media cetak di kamar mandi sambil buang hajat, Iwan Fals mendengar kedua anaknya (waktu itu, Galang baru datang dari sekolah dan Cikal yang asik bermain sendiri). Setelah itu dia keluar dan melihat kedua anaknya tertidur begitu juga dengan Yos.

40. Udin
Fuad Muhammad Syafruddin yang akrab dipanggil Udin adalah wartawan Harian Bernas, Yogyakarta, yang dianiaya oleh orang tidak dikenal, dan kemudian meninggal dunia. Sebelum kejadian ini, Udin kerap menulis artikel kritis tentang kebijakan pemerintah Orde Baru dan militer. Udin lahir di Bantul pada 18 Februari 1964. Ia menjadi wartawan di Harian Bernas sejak 1986.
Selasa malam, pukul 23.30 WIB, 13 Agustus 1996, ia dianiaya pria tak dikenal di depan rumah kontrakannya, di dusun Gelangan Samalo, Jalan Parangtritis Km 13 Yogyakarta. Udin yang sejak malam penganiayaan itu, terus berada dalam keadaannya koma dan dirawat di RS Bethesda, Yogyakarta. Esok paginya, Udin menjalani operasi otak di rumah sakit tersebut. Namun, dikarenakan parahnya sakit yang diderita akibat pukulan batang besi di bagian kepala itu, akhirnya Udin meninggal dunia pada Jumat, 16 Agustus 1996, pukul 16.50 WIB.
Lagu Buat Penyaksi (Lagu Untuk Udin) berada pada album Kantata Samsara (1998). Perlu untuk diketahui bahwa kasus ini sampai sekarang tidak jelas dimana letak keadilannya. Sebuah kebenaran harus tetap disuarakan walaupun itu pahit.

41. Munir
Tokoh pejuang HAM Indonesia Munir Said Thalib yang tewas dibunuh pada 2004 dengan konspirasi tingkat tinggi menggugah Iwan Fals untuk membuat lagu. Lagu Pulanglah yang terdapat dalam album 50:50 (2007) dipersembahkan untuk perjuangan Munir.
Hingga saat ini pembunuh Munir dan dalangnya tidak jelas kita ketahui, dan sampai tulisan ini diterbitkan, proses pengadilan masih berjalan. Beberapa pejabat yang berwenang seperti lepas tangan dan saling bungkam juga saling melindungi. Beberapa orang yang telah ditangkap dan diadili terkesan hanya sebagai tumbal. Entah apa motif dibalik pembunuhan ini yang melibatkan kepentingan tertentu.
Tapi jangan lupa, sepandai-pandainya menyembunyikan bangkai, suatu saat baunya pasti tercium.

42. Gandhi
Dalam lagu Rubah dari album 50:50 (2007), Iwan Fals mengkritisi situasi saat ini dimana perubahan kehidupan sosial semakin jelas dirasa. Nama Mahatma Gandhi seorang tokoh dari India disebut disini. Mohandas Karamchand Gandhi (2 Oktober 1869—30 Januari 1948) adalah seorang pemimpin spiritual dan politikus dari India.
Pada masa kehidupan Gandhi, banyak negara yang merupakan koloni Britania Raya. Penduduk di koloni-koloni tersebut mendambakan kemerdekaan agar dapat memerintah negaranya sendiri.
Gandhi adalah salah seorang yang paling penting yang terlibat dalam Gerakan Kemerdekaan India. Dia adalah aktivis yang tidak menggunakan kekerasan, yang mengusung gerakan kemerdekaan melalui aksi demonstrasi damai.
Iwan Fals mengungkapkan bahwa banyak orang mencari figur seperti Gandhi, namun yang didapat adalah komedi. Yang dimaksud komedi adalah tokoh-tokoh yang suka memutar balikkan fakta dan bicara tidak sesuai dengan kenyataan alias tukang tipu, sehingga kita sering tertawa sendiri menyaksikan kekonyolan itu.

43. Azahari
Masih dalam lagu Rubah dari album 50:50 (2007), tokoh Doktor Azahari disebutkan oleh Iwan Fals. Azahari adalah tokoh yang dituduh merancang beberapa kasus pengeboman di Indonesia. Dan dia dikabarkan tewas dalam sebuah penggerebekan oleh polisi di tahun 2005.
Dalam liriknya Iwan Fals berkata orang menantikan hadirnya suatu revolusi yang merubah kehidupan sosial disini menjadi lebih baik, namun yang hadir adalah Azahari. Yang dimaksud disini adalah teror bom yang meresahkan.

--------------------------------------

Demikian yang sempat penulis rangkum. Kurang lebihnya mohon maaf. Terima Kasih. (sb)


Tokoh Tokoh Dalam Lagu Iwan Fals (Bagian 2)

Lanjutan dari bagian 1

Dalam lagu lagu komersial Iwan Fals, dia banyak menyelipkan nama-nama tokoh. Ada yang nyata dan ada juga yang fiktif. Beberapa nama fiktif tersebut sampai sekarang masih terasa nyata dan ada sehingga banyak yang mengira tokoh imajinasi seorang Iwan Fals tersebut memang ada dan hidup disekitar kita. (sb)

Tokoh Tokoh Dalam Lagu Iwan Fals (Bagian 2)

15. Umar Bakri
Nama rekaan ini tentu tidak asing ditelinga kita. Terdapat dalam lagu yang berjudul Guru Umar Bakri dari album Sarjana Muda (1981). Nama yang hingga sekarang masih populer ini dikisahkan oleh Iwan Fals sebagai seorang guru sekolah yang lugu dan sederhana dengan masih menggunakan sepeda kumbang sebagai alat transportasi. Seorang pegawai negeri yang mengajar disekolah dimana murid-muridnya hobi tawuran.
Namun pengabdian Umar Bakri di dunia pendidikan selama empat puluh tahun dengan segala jasa yang diberikan dan rintangan yang diterima tidak dihargai oleh pemerintah. Dikabarkan oleh Iwan Fals bahwa gaji yang sudah pasti kecil bagi seorang guru pegawai negeri seperti Umar Bakri masih saja dipotong oleh negara.
Terlepas dari kisah ini, nama pak guru Umar juga disebutkan dalam lagu Cantik Munafik dari album Lancar (1987). Lagu yang berkisah tentang perempuan usia sekolah yang melacurkan diri.

16. Habibie
Masih dalam lagu Umar Bakri dari album Sarjana Muda (1981). BJ Habibie saat itu menjadi Menteri Riset dan Teknologi Indonesia. Habibie dikenal sebagai tokoh yang jenius dan memberi pengaruh besar bagi rakyat Indonesia terutama dalam bidang teknologi. Dan pada akhirnya dia menjadi Presiden ke 3 RI setelah rezim Soeharto tumbang.
Dalam lagu ini, Iwan Fals mengisahkan bahwa seorang guru seperti Umar Bakri bisa otak orang seperti otak Habibie, alias pandai. Namun jasa-jasa Umar Bakri tidak dihargai oleh negara.

17. Galang Rambu Anarki
Nama Galang Rambu Anarki (alm) adalah nama putra pertama Iwan Fals yang dijadikan judul lagu dalam album Opini (1982). Lagu ini berkisah harapan seorang Iwan Fals pada kelahiran anak pertamanya (1 Januari 1982) ditengah kerasnya kondisi hidup saat itu saat BBM naik dan menjelang Pemilu. Galang meninggal dunia 25 April 1997 di rumah Iwan Fals saat masih di Bintaro dan dimakamkan di Leuwinanggung (sekarang adalah kediaman tetap Iwan Fals).
Kematian Galang membuat Iwan Fals berubah total. Iwan yang dulunya kita kenal sebagai musisi garang dan terkesan liar baik penampilan maupun lirik-liriknya, kini nampak lebih lembut, dewasa dan bersahaja. Peristiwa ini benar-benar merubah kehidupan seorang Iwan Fals dan secara tidak langsung juga mempengaruhi penggemarnya.

18. Tarmijah
Dalam lagu Tarmijah dan Problemnya dari album Opini (1982), Iwan Fals mengisahkan suka duka seorang pembantu rumah tangga yang diberi nama Tarmijah. Tarmijah kerap diperas tenaganya dan tidak dihargai sebagai manusia. Hingga diakhir lagu Iwan Fals menggambarkan kekerasan fisik yang dilakukan majikan kepada Tarmijah.
Dan sampai saat ini masih banyak Tarmijah-Tarmijah disekitar kita, hanya saja kita tidak tahu atau tidak mau tahu.

19. Sugali
Nama tokoh fiksi ini terdapat dalam album dengan judul yang sama yaitu Sugali (1984). Disini Iwan Fals menggambarkan tokoh Sugali sebagai seorang kriminal pemberani buronan polisi yang tidak takut dengan letusan senapan dan hidup dilingkungan liar seperti di lokalisasi pelacuran sebagai tempat pelariannya.
Pada masa itu, di era 80-an kita mengenal istilah Petrus (penembak misterius) yang banyak memburu buronan dan menembaknya begitu saja tanpa peringatan, walaupun sering terjadi salah sasaran dan tidak ada penjelasan hingga sekarang. Lagu Sugali hadir pada masa itu.
Nama Sugali berasal dari kata Gali, yang diartikan sebagai orang yang hidupnya liar dijalanan dan melawan hukum. Kata Gali sendiri ada yang mengartikan sebagai Gerombolan Anak Liar.

20. Tuan Polan
Nama fiktif ini disebutkan dua kali oleh Iwan Fals yaitu pada lagu Jangan Bicara dari album Barang Antik (1984) dan pada lagu Lancar dari album Lancar (1987). Nama Tuan Polan sama penggambarannya. Disini Iwan Fals mengisahkan Tuan Polan sebagai orang kaya raya yang tidak peduli pada nasib orang miskin dan kerjanya hanya menumpuk harta dengan segala cara.
(Masih adakah tuan Polan disekitar kita?)

21. Urip dan Icih
Dua nama rekaan ini terdapat dalam lagu Jangan Bicara dari album Barang Antik (1984). Urip dan Icih dikisahkan oleh Iwan Fals sebagai pegawai rendahan yang hidupnya tergantung apa kata pimpinan. Si Urip digambarkan sedang meratap di teras marmer direktur murtad. Sedangkan si Icih sedih diranjang empuk waktu majikannya menindih.
(Kalau si Urip, jaksa korup yang sekarang ditahan jelas beda dengan Urip diatas kan?. Urip yang sekarang maling)

22. Tante Lisa
Nama fiktif ini dikisahkan dalam lagu berjudul Tante Lisa dari album Barang Antik (1984). Tante Lisa dikisahkan sebagai seorang janda muda yang cantik dan menarik. Kerjaannya mengejar laki-laki kaya setelah diceraikan suaminya akibat terpergok selingkuh dengan tetangganya. Lagu karya Dama yang dinyanyikan Iwan Fals dengan irama country ini memberi pesan moral kepada orang seperti tante Lisa agar menyadari bahwa kehidupan terus berjalan, dan usia pasti bertambah. Kecantikan hanya sementara dan tidak akan abadi.

23. Budi
Nama ini ada dalam lagu Sore Tugu Pancoran dari album dengan judul yang sama (1985). Iwan Fals menggambarkan tokoh fiktif yang dipanggil dengan sebutan Si Budi Kecil ini sebagai penjual koran di persimpangan jalan Tugu Pancoran – Jakarta. Si Budi kecil menjual koran untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan dia masih bersekolah. Dan pekerjaan ini menyita waktunya untuk belajar dan mengerjakan tugas sekolah. Hingga di akhir lirik Iwan Fals bertanya sanggupkah si Budi diam di dua sisi.
Sampai saat ini masih banyak kita jumpai Budi-Budi kecil di persimpangan jalan kota-kota diseluruh pelosok negeri ini. Kemana pemerintah? Sibuk dengan politik dan uang hingga melupakan nasib generasi penerus bangsa.

24. Tince Sukarti binti Mahmud
Nama tokoh ini ada dalam lagu dengan judul yang sama dari album Sore Tugu Pancoran (1985). Tince Sukarti adalah tokoh khayalan Iwan Fals yang dikisahkan berwajah cantik sebab campuran dari ayah Arab dan ibu Cina. Tince adalah kembang desa yang bermimpi menjadi tenar sebagai penyanyi di kota.
Dengan modal bisa bernyanyi dan bujuk rayu seseorang yang digambarkan Iwan Fals sebagai makelar penyanyi, Tince berangkat mengadu nasib di kota dengan janji akan diorbitkan walau tanpa restu kedua orang tuanya. Namun rupanya neng Karti ditipu oleh makelar penyanyi tersebut. Akhirnya kembang desa dalam imajinasi Iwan Fals itu layu tak lagi wangi seperti dulu.

25. Willy
Nama ini menjadi judul lagu Iwan Fals dalam album Ethiopia (1986). Willy adalah nama panggilan untuk penyair terkenal Indonesia Willibrordus Surendra Broto Rendra yang lebih kita kenal dengan WS. Rendra. Dalam lagu ini Iwan Fals seperti kehilangan figur seorang Rendra. Ia bertanya dimanakah gerangan dirinya yang dulu, dimana lantang suaranya.
Si anjing liar dari Jogjakarta, begitu julukan yang diberikan untuk WS. Rendra yang terkenal dengan puisi-puisinya yang keras mengkritisi keadaan sosial dan politik Indonesia. Pada masa itu, Rendra sedang menyendiri entah dimana sebab dikabarkan dia mendapat ancaman dari pemerintah untuk menghentikan membuat karya puisi yang menyindir pemerintah saat itu. Rendra adalah sahabat Iwan Fals, wajar bila Iwan merasa kehilangan seorang yang sejalan pemikiran dengannya walau lewat media yang berbeda.
Pada sebuah kesempatan konser tunggal yang ditayangkan live di TV tahun 2004, Iwan Fals menyanyikan lagu ini. Ditengah lagu, mata Iwan Fals berkaca-kaca dan seperti meneteskan air mata. Iwan sempat tidak bersuara untuk beberapa saat meski musik terus mengalun. Tentu ada kenangan yang mendalam untuk Iwan Fals tentang lagu ini dan figur penyair Rendra yang dikisahkan.

26. Gali Gongli
Tokoh fiksi Gali Gongli ada dalam lagu dengan judul yang sama dari album Aku Sayang Kamu (1986). Gali Gongli dikisahkan sebagai lelaki berandalan usia belasan yang hobinya berjudi dan mabuk-mabukan. Dia hidup di lokalisasi pelacuran. Ibunya seorang pelacur dan bapaknya entah dimana dan entah siapa.

27. Guru Zirah
Ini adalah nama rekaan Iwan Fals yang dijadikan judul lagu dalam album Wakil Rakyat (1987). Guru Zirah digambarkan sebagai guru muda yang cantik dan seorang murid menaruh hati padanya.
Dalam lagu yang kocak ini Iwan Fals masih menyelipkan kalimat-kalimat kritis, seperti dia menggambarkan andai Zirah menjadi pacarnya maka dia akan mengajak ke tempat yang murah meriah seperti ke kebun binatang untuk pacaran. Sebab dia tahu kalau gaji seorang guru hanya cukup untuk beli tahu.

28. Kho Ping Hoo
Nama tokoh ini terdapat dalam lagu Teman Kawanku Punya Teman dari album Wakil Rakyat (1987). Asmaraman Sukowati Kho Ping Hoo adalah pembuat serial komik silat dari Indonesia yang sangat terkenal pada tahun 80-an. Hingga sekarang serial komik Kho Ping Hoo masih dicetak, dijual dan dikoleksi.
Dalam lagu ini Iwan Fals bercerita tentang mahasiswa yang berlagak sok pintar. Namun dalam kesehariannya lebih asik membaca buku komik Kho Ping Hoo. Dan kenyataannya di akhir kuliah dia lulus dengan skripsi yang dibeli, bukan dari buah pikirannya sendiri.
(Saat inipun masih banyak sarjana model begini, termasuk pejabatnya banyak yang dapet gelar dari membeli ijazah saja)

29. Durno dan Bimo
Kedua tokoh ini terdapat dalam lagu Nak yang ada di album 1910 (1988). Tokoh tokoh ini ada dalam dunia perwayangan. Durno / Druna adalah guru yang pandai mengembangkan seni pertempuran. Dalam perwayangan Jawa, Drona berwatak tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar biasa serta sangat mahir dalam berperang.
Sedangkan Bimo memiliki sifat gagah berani, teguh, kuat, tabah, patuh dan jujur, serta menganggap semua orang sama derajatnya.
Dalam lagu ini Iwan Fals seperti mengolok-olok secara kritis pada generasi muda agar menjadi orang yang berguna.

Berlanjut ke bagian 3 (terakhir)


Kantata Takwa The Movie Sudah Tayang

Setelah sempat teronggok selama 18 tahun dan terkena banjir bandang, untuk pertama kalinya film KANTATA TAKWA ini akan ditayangkan kepada khalayak luas mulai tanggal 26 September - 4 Oktober 2008 di jaringan bioskop BLITZ Megaplex (Grand Indonesia JAKARTA dan Paris Van Java BANDUNG).

Sebuah mahakarya mengagumkan yang seharusnya ditonton pula oleh SBY, JK beserta para jajaran menterinya. Sudah sepatutnya mereka menangis saat menyaksikannya, bahkan harus lebih termehek-mehek dari tangisan gombal di Ayat-Ayat Cinta. Harus menangis karena selama 18 tahun lamanya negara sial ini ternyata tak pernah benar-benar beranjak keluar dari masalah-masalah lama yang itu-itu saja!

Intinya, benamkan pantat Anda di sofa empuk bioskop sekarang juga atau mati saja sekarang juga (jika melewatkannya)!

Don’t Miss It…

KANTATA TAKWA : THE MOVIE
26 September – 4 Oktober 2008
@ Blitz Megaplex (sumber : wenz rawk)

VIDEO cuplikan film Kantata Takwa bisa dilihat di :
wenzrawk.multiply.com

--------------------------------
Kutipan review film Kantata Takwa dari yang sudah menyaksikan.

"... Delapan belas tahun menunggu rasanya tak apa. Seperti halnya film Rock N' Roll Circus dari The Rolling Stones yang baru dirilis pada tahun 1995 padahal dibuat pada tahun 1968, penantian akan film Kantata Takwa tak sia-sia. Melihat sosok para personel Kantata delapan belas tahun lalu, jelas menjadi nostalgia yang menyenangkan. Iwan Fals masih dalam kondisi liarnya. Bertelanjang dada, rambut panjang, berkumis dan berjenggot. Djody belum terlalu memaksakan egonya di Kantata. Dia masih sadar akan posisinya yang sama dengan yang lain, meskipun dia yang membiayai gerakan itu. Berbeda dengan ketika Kantata masuk di album Kantata Samsara, di mana Djody mulai ingin terlihat lebih menonjol dengan cara memasang fotonya dalam ukuran paling besar dan menulis kata pengantar sok bijak dan sok budayawan..."
........

"... Tapi, melihat film ini saya jadi sedikit sedih. Karena faktanya, sekarang tak ada lagi gerakan budaya sebesar dan sepopuler ketika Kantata Takwa digelar. Gerakan budaya yang tak hanya akan masuk pada kalangan seniman, budayawan dan sejenisnya. Tapi juga akan diterima dengan baik oleh orang awam..."

REVIEW film Kantata Takwa selengkapnya bisa dibaca di :
solehsolihun.multiply.com

dan
jeancuk.multiply.com

FOTO FOTO dari film Kantata Takwa bisa dilihat di blog salah satu personil Kantata Takwa sekaligus juga pemain film ini :
jsops.multiply.com


Tokoh Tokoh Dalam Lagu Iwan Fals (Bagian 1)

Lagu-lagu Iwan Fals baik karyanya sendiri maupun karya orang lain yang dinyanyikannya banyak menyebutkan nama beberapa tokoh. Tokoh-tokoh tersebut ada yang rekaan dan ada juga yang nyata. Ada yang serius diceritakan sebagai tokoh utama dan ada juga yang hanya numpang lewat hanya sekedar pelengkap.

Beberapa nama tokoh dalam lagu Iwan Fals yang merupakan sebuah imajinasi ternyata cukup dikenal hingga saat ini dan seakan-akan hidup dalam dunia nyata.

Berikut nama-nama yang disebutkan dalam lagu-lagu komersial Iwan Fals dari awal sampai terbaru yang sempat kami catat. Karena cukup panjang, maka kami tampilkan dalam 3 bagian. Adakah diantara tokoh-tokoh dibawah ini yang kalian kenal? (sb)

Tokoh Tokoh Dalam Lagu Iwan Fals (Bagian 1)

1. Hitler
Nama ini diucapkan dalam lagu Frustasi yang terdapat dalam album Canda Dalam Nada (1979). Dalam liriknya nama tokoh ini hanya sebagai pelengkap. Iwan Fals sedang berkhayal andai bisa menjadi orang besar seperti Adolf Hitler yang tenar.
Lagu Frustasi sendiri bercerita tentang kegelisahan seorang anak yang keluarganya berantakan.

2. Carter
Nama ini juga terdapat dalam lagu Frustasi yang terdapat dalam album Canda Dalam Nada (1979). Yang dimaksud adalah Jimmy Carter mantan presiden Amerika ke-39 (1977-1981). Dalam liriknya Iwan Fals sedang berkhayal menjadi orang tenar seperti Carter juragan kacang.
Jimmy Carter memang sempat mengurusi perusahaan kacang milik keluarganya.

3. Kecoak Idi Amin
Nama rekaan ini terdapat dalam lagu Dongeng Sebelum Tidur yang terdapat dalam album Canda Dalam Nada (1979). Nama Idi Amin sendiri adalah nama seorang pemimpin diktator militer di Uganda.
Dalam lagu ini Iwan Fals berkelakar bahwa nama tersebut adalah nama anaknya yang paling tua. Namun si anak yang selanjutnya disebut dengan panggilan si Amin diceritakan adalah orang yang selalu berpenampilan mewah, dan kemewahan itu adalah hasil curian. Sayangnya si Amin kebal kerangkeng.
(Nah, sekarang ditahun 2008 ini ada kan si Amin yang baru?. Wakil rakyat yang nyambi jadi maling.)

4. Gareng
Masih dalam lagu Dongeng Sebelum Tidur dari album Canda Dalam Ronda (1979), disini Iwan Fals bercerita bahwa anaknya yang bernama Kecoak Idi Amin itu jalannya seperti Gareng.
Gareng adalah salah satu tokoh pewayangan punakawan yang berkaki pincang. Hal ini merupakan sebuah sanepa dari sifat Gareng sebagai kawula yang selalu hati-hati dalam melangkahkan kaki. Selain itu, cacat fisik Gareng yang lain adalah tangan yang ciker atau patah. Ini adalah sanepa bahwa Gareng memiliki sifat tidak suka mengambil hak milik orang lain. Diceritakan bahwa tumit kanannya terkena semacam penyakit bubul.

5. Poppy dan Nancy
Nama rekaan ini ada di lagu Imitasi dari album Canda Dalam Nada (1979). Oleh Iwan Fals nama Poppy dan Nancy disini dikisahkan sebagai wanita bookingan.

6. Totok/Titik, Sunarto/Sunarti, Ahmad/Asye dan Ismet/ Isye
Nama nama rekaan ini ada di lagu Imitasi dari album Canda Dalam Nada (1979). Menurut Iwan Fals, nama Totok, Sunarto, Ahmad dan Ismet adalah nama yang digunakan bila pagi hari, sedangkan Titik, Sunarti, Asye dan Isye adalah nama untuk malam hari. Dengan kata lain nama tokoh tokoh ini adalah seorang waria.

7. Darto
Nama ini terdapat dalam lagu Imitasi dari album Canda Dalam Nada (1979). Nama ini sepertinya yang dimaksud Iwan Fals adalah Darto Helm (alm. Meninggal 14 Agustus 2004). Darto Helm adalah seorang pelawak yang populer di tahun 80-an. Dalam lagu ini diceritakan saat Iwan Fals tercengang melihat waria yang penampilannya persis perempuan tulen dan membuat jidat Iwan Fals mengkerut seperti jidat Darto. Darto Helm dikenal dengan kepalanya yang botak dan jidatnya yang lebar seperti helm.

8. Joni
Nama rekaan yang ada di lagu Joni Kesiangan dari album Canda Dalam Nada (1979) ini dikisahkan oleh Iwan Fals sebagai lelaki hidung belang. Joni lebih menyukai kebun tetangga sebab dia sudah bosan dengan istrinya.

9. Mpok Tati
Nama fiksi ini masih dalam lagu Joni Kesiangan dari album Canda Dalam Nada (1979). Mpok Tati adalah tante-tante selingkuhan Joni yang diceritakan oleh Iwan Fals adalah masih bertetangga dengan Joni.

10. Anton, Jamilah dan Jaitun
Nama nama fiktif ini ada dalam lagu Alasan dari album Perjalanan (1980). Sebenarnya dalam album ini lagu Alasan tidak dinyanyikan Iwan Fals melainkan oleh Totok Gunarto salah satu rekan yang tergabung dengan kelompok Amburadul (kelompok musik dimana Iwan Fals mengawali karirnya). Namun akhir-akhir ini Iwan Fals sering menyanyikan lagu ini dalam konser-konsernya.
Lagu ini berkisah tentang perselingkuhan yang dilakukan dengan berbagai alasan. Nama Anton ada dari kepanjangan kata ARISAN (Aku rindu sama Anton). Sedangkan Jamilah dan Jaitun ada dari kepanjangan kata RAPAT KERJA (Rapat empat mata kerumah Jamilah, Jaitun janda muda).

11. Mince, Sonya, Betty, Mona dan Susy
Nama nama rekaan ini ada pada lagu Imitasi atau ada juga yang menulis dengan judul Wanita Tiruan yang ada di album Perjalanan (1980). Nama nama imajinasi tersebut dikisahkan Iwan Fals sebagai waria yang mangkal ditepi jalan. Dan mereka lari tunggang langgang ketika petugas patroli ketentraman dan ketertiban kota (trantib) datang.

12. Udin, Inah dan Ujang
Nama nama ini terdapat dalam lagu Mak dari album Perjalanan (1980). Dikisahkan oleh Iwan Fals ketiga nama rekaan tersebut adalah anak-anak seorang tukang batu yang menanti ayahnya pulang. Bersama ibunya mereka menanti datangnya sang ayah dan berharap membawa uang untuk kebutuhan mereka.

13. Mang Mamat
Masih dari lagu Mak dalam album Perjalanan (1980). Mang Mamat dikisahkan oleh Iwan Fals adalah mandor tempat kerja ayah ketiga anak yang disebutkan diatas. Disaat keluarga itu menanti datangnya sang ayah, Mang Mamat datang membawa kabar kalau sang bapak mengalami kecelakaan kerja. Si istri bingung bagaimana membayar biaya pengobatan suaminya sedangkan untuk makan ketiga anaknya saja dia kesusahan. Lalu si ibu merelakan tubuhnya untuk diberikan kepada si mandor tanpa sepengetahuan keluarganya, agar segala kebutuhan keluarganya bisa terpenuhi.

14. Hatta
Nama ini menjadi judul lagu Iwan Fals dengan judul Hatta yang ada dalam album Sarjana Muda (1981). Mohammad Hatta adalah proklamator Republik Indonesia yang juga sebagai wakil presiden RI pertama. Dalam lagu ini Iwan Fals mengenang meninggalnya Bung Hatta yang banyak meninggalkan kesan mendalam bagi rakyat Indonesia.
Namanya begitu harum dan dikenang karena kesederhanaan dan kedekatannya dengan rakyat. Hingga Iwan Fals menggambarkan adanya hujan air mata dari pelosok negeri saat melepas beliau pergi untuk selamanya.

-------------------------------------------

Berlanjut ke bagian 2
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Share